Kompor Gas Biru Raksasa Bluefire : Kawah Ijen Banyuwangi

Banyuwangi adalah kabupaten terluas yang ada di pulau Jawa, saat ini sedang naik kelas dan mulai dikenal dimana mana sebagai tempat wisata yang eksotis namun dengan harga yang ramah di kantong. Salah satu tempat wisata yang paling hype di Banyuwangi saat ini adalah Kawah Ijen. Kawah Ijen memiliki danau asam sulfat yang memiliki predikat terbesar di dunia dengan kedalaman 200 meter dan api biru atau yang dikenal sebagai blue fire. Fenomena blue fire tersendiri merupakan hal yang sangat langka di dunia karena hanya terdapat di dua tempat di dunia yakni Islandia dan Kawah Ijen. Namun, untuk melihat sang api biru ini dibutuhkan keberuntungan. Tidak selalu kita dapat melihat secara langsung sang api biru dikarenakan cuaca atau terkadang tertutup oleh asap tebal.

Tim saya kali ini terdiri dari enam orang yaitu Hafidz, Iruz, Catur, Donigo, Haris, dan saya sendiri. Kami berangkat menuju base camp pukul 22.00 WIB dan sampai di base camp pukul 00.00 WIB. Tanjakan menuju Kawah Ijen sangat curam, sehingga kendaraan seperti motor matic tidak diperbolehkan dan mobil harus selalu pada gigi 1 supaya tidak mundur. Open Gate dimulai pada pukul 01.00 WIB, sehingga kami harus menunggu selagi memesan mie kuah hangat dan kopi untuk mengisi perut.

Perjalanan hingga ke puncak Kawah Ijen hanya memakan waktu 2 jam. Perjalanan cukup cepat sehingga tidak perlu membawa perbekalan atau carrier. Jalan yang dilalui menanjak tanpa bonus jalur datar seperti yang biasa didapatkan di pendakian lainnya. Sepanjang perjalanan, dapat ditemui dengan mudah taksi manusia yang dapat membawa pengunjung jika tidak kuat jalan dan para penambang belerang yang dapat mengangkut belerang dengan berat hingga 80 kg turun dari Kawah Ijen. Sampai di puncak, sudah tersedia fasilitas toilet dengan air yang diangkat dari bawah oleh bapak pembawa air dan musholla yang mana berlantaikan semen yang kotor sehingga memerlukan alas lagi jika ingin shalat. Namun, tantangan tidak berhenti disitu saja, kami harus turun menuju kawah melalui jalur yang curam berbatuan dengan bersenjatakan senter untuk menerangi jalan. Sesampainya di kawah, kami harus mematikan senter kami supaya dapat melihat Blue Fire dengan jelas. Walaupun saya telah memakai masker respirator dengan filter ganda yang bisa disewa di basecamp seharga    Rp 25.000, bau belerang tetap tercium kuat dari dasar kawah membuat kepala saya sedikit pening.  Blue Fire kira kira dapat dilihat hingga menjelang fajar menyingsing. Sesudah itu kita harus naik keluar kawah, dikarenakan semakin siang, pandangan akan tertutupi oleh asap yang tebal.

Ketika matahari telah bangun sepenuhnya dari peraduannya, kami dapat melihat dengan jelas danau asam sulfat yang berwarna biru tosca khas kawah Ijen. Danau tosca ini dapat diibaratkan sebagai Medusa, cantik namun mematikan. Namun kecantikannya telah mengundang berbagai turis domestik dan mancanegara yang tertarik bersusah payah mendaki untuk menyelami kecantikan Blue Fire dan danau asam di Kawah Ijen.

Nah, bagaimana teman teman sekalian ? Yuk berkunjung dan nikmati sensasi hiking ceria di Kawah Ijen !

Penampakan Kawah Ijen bagian atas yang kering kerontang tanpa pohon

Dari kiri ke kanan Iruz, Haris, Donigo, saya, Hafidz, dan Catur berlatar belakang Gunung Ranti


Danau asam sulfat berwarna biru tosca
Blue Fire dapat dilihat pada dini hari hingga pukul 04.30 

Share:

0 komentar